TUKANG jagal sapi asal Kedinding, Surabaya, sebut
saja namanya Abah Donjuan, 66. Pria bertubuh kekar itu mempunyai tiga istri
sekaligus. Hebatnya lagi, seluruh anaknya dikuliahkan minimal magister atau S2
Saat proses kepengurusan warisan di Pengadilan Agama (PA)
Klas 1A Surabaya beberapa pengacara dan pengunjung tampak menyepelekan Donjuan.
Mereka melirik sinis Donjuan. Maklum, tampilan Donjuan
amburadul.
Pakai kaos oblong bewarna hitam yang kumal serta sarung yang
dilipat di perut begitu saja. Rambutnya yang kribo acak-acakan terlihat tak
pernah disisir.
“Cepet. Jek bit-abit (cepat. Jangan lama-lama),” kata
Donjuan kepada pengacaranya.
Mendengar permintaan kliennya, pengacaranya, Abdul Kadir
sesegera langsung menyelesaikan tugasnya. Donjuan pun duduk sembari
menyebal-nyebul rokoknya.
Beberapa menit kemudian, sopirnya datang meminta uang.
Donjuan tak banyak kata. Dia mengeluarkan uang dari lipatan sarungnya.
Semuanya terpukau. Di lipatan sarung itu terdapat ratusan
ribuan. “Ini,” tukas Donjuan menyerahkan segembok uang kepada sang sopir lalu
pergi.
Donjuan tak banyak bercerita apa-apa soal dirinya sendiri.
Dia hanya berkisah bila dirinya sudah tua.
Sudah saatnya, dia membagi 50 hektar tanahnya yang ada di
Madura, Probolinggo dan Pasuruan untuk dibagi ke 13 anaknya.
“Dibagi rata. Kalau tidak terima ya tidak saya kasih nanti,”
kata dia dengan logat madura.
Sejak dulu, Donjuan adil dengan anak-anaknya. Baik anak dari
istri pertama maupun yang terakhir.
Ketiga istrinya juga diberikan rumah lengkap dengan
bisnisnya. Istri pertama punya bisnis butik di ITS, istri kedua di Pasuruan
jadi penjual daging. Istri ketiganya di Probolinggo juga punya bisnis sepatu
dan peralatan olahraga.
Donjuan sendiri bekerja sebagai distributor daging. Dia
punya beberapa ternak sapi di Madura dan Probolinggo.
“Harta itu titipan. Kalau saya meninggal, harta habis
diambil Gusti Allah. Anak-anak dikasih harta bisa habis. Kalau dikasih ilmu ya
nanti mereka bisa nambah usaha sendiri. Makanya saya yang tidak lulus SD ini
menyekolahkan anak sampai S2 semuanya,” jelas dia.
Abdul Kadir mengatakan, pernah bertemu anak-anaknya saat
berkunjung ke rumahnya.
“Yang bungsu studi S2 di Unair. Lainnya sudah beres. Sudah
menikah. Empat anaknya jadi dokter. Ada yang jadi kepala KUA, dosen, nerusin
bisnis daging ayahnya” kata Kadir.
Sementara itu, sopir Donjuan, Ahmad Misri, 30 mengatakan,
kalau Abah Donjuan memang terlihat garang dan keras. Bicaranya juga ceplas
ceplos.
“Saya juga heran, anak-anaknya lho diam dan nurut-nurut.
Tidak ada yang berani sama Abah.Lihat Abah semuanya nunduk,” kata Ahmad.
Di kampungnya, Abah Donjuan juga terkenal sebagai ahli amal.
Setiap malam Jumat, dia menggelar pengajian dan membagikan uang kepada
tetangganya yang miskin dan janda.
Itupula yang dilakukan anak-anaknya sekarang. Di beberapa
daerah, anak-anaknya yang sukses menjadi dokter selalu mengadakan pengajian
tiap bulan.
“Abah itu lucu, sekarang dua bulan sekali, Abah gelar arisan
keluarga. Giliran dari rumah anak ke anak. Kan ke-13 anaknya sudah dibelikan
rumah semuanya. Jadi bergilir dari rumah anak satu ke anak lainnya,” kata Ahmad
http://sindotrend.blogspot.co.id/
http://sindotrend.blogspot.co.id/
0 komentar:
Posting Komentar