Inilah empat jenis pekerjaan yang dirasa
sangat bergengsi di Luar Negeri namun sangat rendah di Indonesia, ironisnya
banyak yang enggan dilanjutkan oleh keturunannya
Bekerja adalah suatu keharusan yang dilakukan semua orang.
Bekerja di tempat yang layak dengan gaji yang memuaskan tentu menjadi impian
semua orang. Biasanya bekerja di kota besar metropolitan adalah jalan terbaik
untuk mencapai kesuksesan. Orang dari desa pergi merantau ke kota besar guna
mencari dan menggali rezeki di kota besar.
Orang enggan berpikir untuk bekerja di tanah kelahirannya,
malu bekerja di kampung halaman, dan gengsi bekerja di kota kelahiran. Padahal
kerja tak memandang siapa dan apa yang dilakukan. Karena bekerja jika dihayati
dengan hati, dan bekerja dengan ilmu yang benar bukan tak mungkin pekerjaan
tersebut menjadi bernilai harganya.
Ya, intinya jangan pernah meremehkan suatu profesi, walau
dikata kurang menjanjikan dan kerapkali dianggap remeh pekerjaan tersebut bukan
tak mungkin menjadi sesuatu yang dipuja di kemudian hari. Seperti
pekerjaan-pekerjaan berikut ini, walau di Indonesia dianggap remeh karena
bergaji kecil, di luar negeri sana pekerjaan-pekerjaan ini sungguh menjanjikan
dan digaji sangat besar sekali.
Apa saja itu? Berikut anakregular informasikan empat
pekerjaan rendah di Indonesia namun mulia dan bergengsi di Luar Negeri,
silahkan dibaca kawan :
1.Petani Yang Mulai di Lupakan di Indonesia
Di Indonesia sendiri, bertani mulai banyak ditinggalkan orang tua yang berprofesi sebagai petani lebih memilih untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah di kota besar dan berharap mendapatkan pekerjaan yang layak ketimbang menjadi petani seperti orang tuanya. Padahal jika di telaah menjadi petani adalah hal yang sangat membanggakan. Profesi petani sangat penting sebagai penyetok pangan. Bayangkan jika 50 tahun ke depan bahan makanan semakin susah didapatkan karena hanya sedikit yang mau jadi petani.
Kondisi perekonomian petani di Indonesia banyak yang mengkhawatirkan karena banyak yang hanya menjadi penggarap alias tidak memiliki tanah sendiri. Belum lagi jika gagal panen akibat bencana alam atau terserang hama.
Berbeda dengan di Indonesia, petani di Amerika, Eropa, dan Jepang terbilang sejahtera. Mereka menjalankan usaha pertanian dengan menggunakan peralatan modern seperti traktor dan huller, mengelola hasil pertanian sendiri, hingga memasarkan dan mengemas seperti pelaku ekonomi pada umumnya.
Tak heran jika petani di luar negeri bisa punya tanah berhektar-hektar dan hidup sangat sejahtera. Di Jepang misalnya, para petani dilindungi oleh JA atau Japan Agriculture. Para petani yang tergabung dalam JA tidak perlu khawatir karena arena hasil tani yang dikelola atau dijual kepada JA mendapat subsidi dari pemerintah.
Petani tidak perlu cemas saat harga beras melonjak tinggi, karena pemerintah bisa menekannya pada harga pasaran normal sehingga konsumen masih bisa membelinya. Begitu pula sebaliknya saat harga jatuh, petani tak perlu takut pendapatan mengecil karena harga yang dijual adalah harga pasaran.
2.Pelayan Resto - Gaji IDR 20 Juta Per Bulan
Misalnya, di Amerika, Korea, dan Jepang sebagian besar
mahasiswanya sering kali menghabiskan waktu luangnya untuk bekerja paruh waktu
ketimbang nongkrong tak jelas. Apalagi hitungan gaji di luar sana tidak
dihitung bulanan melainkan hitungan jam setiap harinya. Jika di Indonesia hanya
digaji berdasarkan UMR itupun full seharian, berbeda dengan pelayan di luar
negeri.
Di Amerika dikatakan seorang pelayan MCDonald dibayar
sebesar USD 8 untuk satu jam setiap harinya. Itupun di tahun 2015 di tahun baru
2016 dikatakan jika para karyawan dan pelayan dadakan berdemo agar gajinya di
naikkan. Permintaan ini dikabulkan sehingga mereka memperoleh USD 10-13 atau Rp
130.800- Rp 179.400. Itu artinya minimal mereka mengantongi Rp 1.046.400 per
hari atau Rp 20.928.000 dalam sebulan. Gede banget bukan!!
3.Peneliti Yang Di Hormati dan Dimanja
Tak seperti Indonesia, peneliti tidak begitu di perhatikan,
bahkan dikatakan anggaran riset Indonesia masih kalah jauh dari negeri
tetangga. Indonesia hanya menyisakan 0,1 persin dana negara untuk para peneliti
di Indonesia. Padahal menengok ke negara tetangga anggaran untuk penelitiannya
sangatlah besar seperti 2 peren oleh Malaysia dan 2,2 persen oleh Singapura.
Tak heran yah, jika Indonesia tidak mau maju-maju, apalagi
melihat dana kecil tersebut banyak para peneliti, orang pintar di Indonesia
yang lebih memilih menyebrang ke negeri tetangga untuk mendapatkan kelayakan
dalam pekerjaannya.
Dana yang minim membuat penelitian di Indonesia kurang
berkembang. Namun sejak 2012, para peneliti bisa tersenyum cerah karena
tunjangan fungsional dari yang asalnya Rp 1,25 juta per bulan menjadi Rp 4-5
juta per bulan. Namun meski demikian, profesi peneliti di Indonesia masih kalah
jika di bandingkan dengan luar negeri. Lihat saja Amerika dengan NASA-nya.
Bahkan film-film science fiction pun banyak yang menggambarkan betapa hebatnya
profesi peneliti di negeri Paman Sam.
4.Guru di Luar Negri Sangat Terjamin Hidupnya
Per tahunnya, para guru di Finlandia menerima USD 68.000
atau setara Rp 938 juta per tahun. Gaji ini bahkan lebih tinggi dari gaji
rata-rata warga Finlandia yang hanya USD 50.000 atau Rp 690 juta. Tak heran
profesi guru menjadi profesi yang sangat diidam-idamkan anak muda di sana.
Bahkan, sebuah survei mengungkap jika profesi guru di
Finlandia lebih populer dibandingkan dokter. Seleksi untuk mengajar di suatu
sekolah sangat ketat dengan kebanyakan guru minimal berijazah S2.
Bayangkan dengan gaji pokok guru di Indonesia golongan IIIA
yang sekitar Rp 2,4 juta. Memang, jumlah tersebut belum termasuk tunjangan.
Terlebih biaya hidup dan pajak di Finlandia sangat tinggi. Tapi tetap saja,
masih banyak guru-guru di Indonesia yang jauh dari sejahtera. Gelar pahlawan
tanpa tanda jasa juga tidak cukup membuat profesi prestisius.
0 komentar:
Posting Komentar