Presiden Filipina Rodrigo Duterte, menegaskan, kebijakan
“berdarah” untuk melawan narkoba yang digagasnya bukan tindakan genosida.
Sejauh ini tercatat, sudah ada hampir 1.800 orang yang tewas
terkait dengan penyalahgunaan narkoba. Baik mereka yang diduga sebagai
pengguna, maupun pengedar, dan juga gembong besar.
Seperti diberitakan Associated Press, Duterte pun bersedia
mendekam di penjara jika ada gugatan hukum atas keputusannya itu. Hal itu
dilakukan untuk membela pada petugas yang telah melaksanakan kebijakannya itu.
Duterte meyakini adanya perbedaan antara langkah yang
dilakukannya, dengan pembantaian yang dilakukan Presiden Suriah Bashar Assad,
atau aksi biadab kelompok teroris Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).
“Genosida? Memangnya siapa yang saya bunuh? Saya tidak
membunuh anak-anak. Saya tidak menjatuhkan bom macam Presiden Assad,” kata
Duterte.
Pernyataan Duterte ini diungkapkan dalam sambutan Hari
Pahlawan, di hadapan para veteran perang, duta besar, dan pejabat tinggi
pemerintahan lainnya, Senin (29/8/2016).
“Saya berjuang melawan kriminal,” tegas dia.
Duterte pun lantas membandingkan langkahnya dengan perbuatan
teroris ISIS yang dia sebut sebagai kelompok “idiot”.
“Saya tidak membakar wanita hanya karena mereka menolak
berhubungan seks,” ungkap Duterte.
Tercatat, ada 1.779 terduga pengguna dan pengedar narkoba
yang sudah dibunuh oleh Duterte dalam pemerintahannya yang baru seumur jagung
itu.
Jumlah orang yang tewas itu termasuk 712 orang yang tewas
dalam kontak tembak dengan aparat kepolisian.
Sementara, sudah ada 600.000 pengguna, dan penyalur narkoba
yang menyerahkan diri kepada otoritas setempat, karena takut dibunuh.
Genosida atau genosid adalah sebuah pembantaian
besar-besaran secara sistematis terhadap satu suku bangsa atau kelompok dengan
maksud memusnahkan (membuat punah) bangsa tersebut.
(sumber,tribunnews.com)
0 komentar:
Posting Komentar