Lelaki itu yang menjadi pengantarku dari TV Rodja menuju
hotel tempatku menginap. Untuk mengisi waktu dan memecah kesunyian antara kami,
aku sempatkan diri bertanya padanya awal mula dia mendapatkan hidayah.
Ringkasnya aku lumayan terpandang dan dimuliakan dengan
profesiku ini sehingga segala bentuk khidmat, hadiah, pemberian mengalir deras
kepadaku. Apalai usaha sampinganku sebagai supir, Alhamdulillah membuatku dapat
membeli rumah dan ruko sebagai aset untuk anak dan istriku.
Sekitar tahun 2006 aku mulai mengenal 2 lelaki yang sangat
berbeda penampilan dan tata cara ibadahnya dengan kami. Sebagai seorang Kyai,
aku berusaha mempengaruhi keduanya agar tidak menyelisihi masyarakat setempat.
Dan aku berusaha meyakinkan keduanya dengan berbagai argumen yang kutahu.
Tetapi anehnya mereka selalu membawakan padaku dalil atas apa yang mereka
lakukan dalam ibadah mereka.
Hal yang paling membuatku geram adalah, tatkala keduanya
menyatakan padaku tentang kitab monumental “Ihya Ulumuddin” karya Imam Ghazali-
rahimahullah- yang kukenal sebagai “hujjatul Islam” karena keilmuannya –menurut
mereka- banyak mengandung hadits-hadits yang palsu dan banyak memuat tata cara
ibadah dan zikir yang tidak ada panduannya dari Nabi….
Sontak membuatku marah dan berkata pada keduanya: ”Apa
seluruh ulama dari zaman ke zaman bodoh semuanya dan tidak mengetahui apa yang
kalian ketahui?”.
Tetapi anehnya mereka mendatangkan juga kritik para ulama
semisal Hafiz Al-Iraqi di zamannya, yang menyatakan bahwa Ghazali telah memuat
bukunya dengan hadits-hadits yang palsu dan membinasakan….
Membuat aku semangkin bingung dan penasaran.
Lalu contoh-contoh hadits yang dianggap palsu itu kucatat
dan kubawakan kepada para kyai yang kuanggap lebih alim dariku. Dari satu kyai
ke kyai yang lain kudatangi untuk meminta jawaban dan tanggapan mereka tentang
tuduhan ini…
Namun anehnya setelah menunggu berhari, bahkan berbulan dan
bertahun…mereka bungkam seribu bahasa tidak bisa mengomentari hadits-hadits
tersebut. Cuma satu hal yang kuingat bahwa mereka memperingatkanku agar tidak
menyelisihi orang banyak dan tidak terinveksi virus Wahabi yang membahayakan.
Aku semangkin penasaran, dan mulai kulahap satu demi satu
buku-buku maupun majalah-majalah sunnah yang akhirnya membuatku yakin dan
memutuskan untuk keluar dari cara beragama masyarakatku yang tidak sesuai
dengan sunnah Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- .
Persis sebagimana Imam Besar Abu Hasan Al-Asyari yang keluar
dari Paham Muktazilah dengan mengumpulkan orang banyak dihadapannya dan
berpidato di atas mimbar dengan melepas bajunya dan berkata:
”Aku telah melepaskan semua akidah dan paham Muktazilah yang
kupelajari dan kuyakini bertahun-tahun sebagaimana aku melepaskan bajuku ini”…
Maka seperti itu pulalah yang kulakukan. Kukumpulkan para
jamaahku dan kuberitahukan bahwa sejak saat itu aku tidak lagi dapat beramal seperti
amalanku yang dulu, dan sejak itulah penderitaan demi penderitaan datang setia
menghampiriku.
Mulanya aku bingung untuk membuat keputusan…
Antara mengikuti kebiasaan dan keyakinan orang banyak yang
telah menokohkan diriku dengan segala bentuk kenikmatan dunia yang kudapat
tetapi beresiko menuai murka Allah, karena menolak kebenaran yang datang…
Atau memilih istiqomah di atas sunnah Nabi dengan resiko
ditinggalkan manusia, dikucilkan bahkan mungkin diusir mereka dari kampung
halamanku.
Dengan taufiq dan bantuan Allah jualah akhirnya kupilih
jalan Allah untuk tetap meniti sunnah Nabi, sekalipun ditinggalkan dan dimusuhi
manusia. Sejak saat itu, seluruh jadwal kajianku dihapus dan aku tidak boleh
lagi menjadi imam. Aku benar-benar dimusuhi orang sekampungku, bahkan keluarga
dan istriku.
Suatu ketika terjadi pertengkaran hebat antara aku dan
istriku disebabkan diriku yang telah berubah menurutnya. Dengan didukung
seluruh keluarganya bahkan keluargaku sendiri…
Aku terusir dan diusir dari rumahku sendiri, persis bagaikan
seekor anjing diusir oleh tuannya. Bedanya bahwa hakikatnya rumah itu adalah
milikku dan hasil dari usahaku..
Dengan terpaksa atas desakan mereka kutinggalkan. Tidak
sampai di situ, bahkan ruko milikku juga diambil alih, dan aku ingat sekali
bahwa hari itu aku pergi hanya membawa baju yang melekat di badan. Allahul
musta’an.
Pernah juga sekali waktu disidang oleh semua ketua RT dan RW
karena dianggap membawa paham sesat. Bukan saja mereka bahkan perangkat
masyarakat dari para toloh-tokohnya juga hadir mengerumuni aku sendiri.
Subhanallah, meskipun sendiri… tapi tidak seorang dari
mereka yang dapat membantah hujjah-hujjahku yang ketika itu kubawakan pada
mereka dalil-dalil atas apa yang aku yakini dan ku amalkan.
Mulailah kujalani hari-hari yang pahit, hidup terlunta-lunta
tak bertempat tinggal, berpindah-pindah dari satu tempat kajian ke tempat
kajian lainnya. Alhamdulillah kawan-kawan sepengajianku begitu sayang dan kasih
kepadaku dan berupaya memberikan bantuan-bantuan mereka padaku yang membuat aku
tegar dan tidak merasa sendiri lagi di atas jalan dakwah ini.
Kini aku telah berpindah ke Jakarta dan puji bagi Allah,
kini aku telah menikah dan istriku telah mengaji sunnah, berhijab dengan
sempurna bahkan jauh lebih muda 10 tahun dariku. Meskipun masih hidup dengan
mengontrak, tapi sungguh kurasakan kebahagian dapat mengamalkan sunnah dan
mengaji sunnah Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- .
Semua kenangan masa laluku yang pahit telah kukubur
hidup-hidup, seiring dengan hijrahku ke Ibu Kota ini tempat aku mencari
penghidupan dan mendatangi kajian-kajian.
Semoga hidayah ini dapat abadi hingga aku menutup mata dan
kembali ke hadirat Ilahi Rabbi. Amin”.
Iapun menutup kisahnya yang penuh pelajaran.
Kisahnya mengajarkan kita bahwa untuk dapat tegak di atas
jalan kebenaran ini, membutuhkan pengorbanan dan perjuangan, penuh dengan
resiko dan tantangan, mengajarkan kepada kita untuk lebih mengutamakan apa yang
diinginkan Allah daripada meng-aminkan apa yang diinginkan manusia.
Semoga Allah menjaga beliau dan kita semua dalam Islam dan
mewafatkan kita di atas Sunnah. Amin.
Batam, 29 Dzulhijjah 1435 / 24 Oktober 2014
Kenangan manis kajian di Jakarta
”sejenak bersama pak supir”.
Abu Fairuz
Oleh: Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan, MA hafidzahullah
(Radio Hang FM Batam)
# via salamdakwah[dot]com
https://www.facebook.com/abu.alifa.12/posts/10154533434784700
Sumber:
aslibumiayu.net/ September 7, 2016
http://sindotrend.blogspot.co.id/
http://sindotrend.blogspot.co.id/
0 komentar:
Posting Komentar